A.
Pendahuluan
Pada abad ke-11
berdirilah sebuah dinasti yang didirikan oleh suku Guzz yang bernama Dinasti
Saljuk. Saljuk adalah nama keluarga keturunan Saljuk bin Duqaq dari suku bangsa
Guzz, Turki yang mana dinasti ini bisa mengusai Asia Barat Daya. Wilayah
kekuasaan mereka cukup luas, menandakan awal kekuasaan suku bangsa Turki di
kawasa Timur Tengah.
Masa kejayaan
Dinasti ini adalah saat dipimpin oleh Tughril Beg, Alp Arslan, dan Maliksyah.
Dimasa mereka dinasti Saljuk dibagi menjadi lima cabang yaitu Saljuk Iran,
Saljuk Irak, Saljuk Kirma, Saljuk Asia kecil, dan Saljuk Suriah.
Nizam al-Mulk
merupakan wazir yang terkenal pada masa kepemimpinan Alp Arslan dan Maliksyah.
Kejayaan-kejayaan yang dicapai Bani Saljuk itu juga tidak terlepas atas
sumbangsi kebijakan-kebijakan Nizam al-Mulk dalam pemerintahan. Bukan masalah
ekspansi wilayah, tapi dengan keahliannya sebagai administrator yang mengolah
ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, pembangunan menjadi berkembang dan maju
dengan keahlihannya demi kesejahteraan rakyat. Tidak bisa di elakkan lagi bawah
semasa Nizam al-Mulk menjadi wazir Bani Saljuk, segala aktivitas pemerintahan
sangat stabil.
Inilah yang
harus dperhatikan bagi para sejarawan, bahwa majunya peradaban Islam tidak
hanya disebabkan oleh faktor pemimpin saja, tapi para bawahan pun ikut andil
dalam kemajuan peradaban Islam. Malah yang menjadi respon pesatnya peradaban
itu disebabkan oleh para kaki tangan para penguasa, meskipun memang pemimpin
juga menjadi tombak lahirnya suatu peradaban. Dalam makalah ini saya akan
sedikit mengulas biografi Nizam al-Mulk yang sukses memberikan kontribusi akan
majunya peradaban Islam di masa Bani Saljuk.
B.
Biografi Nizam Al-Mulk
Beliau lahir
tahun 1018 M/ 408 H di Radkan, Tus. Ayahnya adalah seorang pegawai pemerintahan
Gaznawi di Tus.[1]
Banyak yang menyebut bahwa, Nizam al-Mulk adalah sosok yang taat beragama yang
dermawan serta ahli administrasi yang mashur. Beliau juga memiliki pribadi yang
suka menyantuni fakir miskin.
Kepribadian
beliau sangatlah luar biasa baiknya. Dikisahkan dalam al-kamilfi at-Tarikh
dijelaskan bahwa Nizam al-Mulk termasuk penguasa muslim yang dermawan, alim,
adil, dan penyayang, suka menjamu para fakirin dan rang papa. Sebuah pendapat mengatakan, “Nizham
selalu dalam keadaan mempunyai wudhu, selama mempunyai wudhu dia selalu
melakukan shalat sunnah, senantiasa berpuasa hari Senin dan Kamis.[2]
Ini menunjukkan bahwa Nizam al-Mulk memang pantas menjadi seorang wazir yang
mengatur pemerintahan Bani Saljuk dengan perangainya yang begitu baik ia mempu
memajukan peradaban Islam.
C.
Pemerintahan Nizam al-Mulk
NIzam
al-Mulk adalah seorang wazir Persia, Wazir Saljuk, dan ahli administrasi yang
sangat terkenal. Dia tumbuh dan belajar ilmu Nahwu, menulis dan membuat syair.
Dia mengabdi di Ghaznah dan seiring dengan berubahnya zaman, dia diangkat
menjadi menteri pada masa pemerintahan Sultan Alp Arsalan dan putranya Malik
Syah. Dia mengatur jalannya pemerintahan Malik Syah dengan sebaik mungkin.
Kedudukannya
sebagai wazir sangat mashur, karena dia suka menyebarkan keadilan,
mengendalikan keamanan, membangun madrasah, mesjid, dan saran perhubungan. Pada
masa Alp Arslan dan Maliksyah, dialah yang aktif sebagai penguasa. Tidak ada
orang yang menjadi mulia atau terhina kecuali dengan perintahnya. Sehingga
banyak sahabatnya yang mengatakan bahwa dia mirip dengan wazir Barmaki pada
dinasti Abbasuyah I.[3]
Berikut
ini bebrapa Kebijakan-kebijakan Nizam al-Mulk dalam pemerintahan Bani Saljuk
antara lain:
1. Dalam
masalah ekonomi, Nizam al-Mulk bersikap bijaksana dengan menghapuskan pajak
yang tidak dikenai sanksi syariat.
2. Dalam
pembangunan, Nizam al-Mulk memprakarsai perluasan Masjidil Haram di kota Makkah
serta meningkatkan fasilitas perlengkapan bagi para jama’ah haji.
3. Dalam
pendidikan, Nizam al-Mulk mendirikan madrasah Nizamiyah pada tahun 1067 di
Baghdad. Kurikulumnya berpusat pada al-Qur’an, tarikh nabi serta sastra Arab
dan ilmu hitung. Namun, karena Madrasah Nizamiyah cenderung menggunakan Fiqih
Syafi’I, maka pelajaran ilmu fiqih menjadi prioritas utama. Kemudian seiring
dengan perkembangan waktu dan pengaruhnya yang cukup besar, Nizam al-Mulk
mengekspansikan madrasah ini ke berbagai penjuru kota seperti Mosul, Basra, Tibristan,
dan Balkh. Madrasah ini yang telah menjadi cikal bakal bagi lehirnya
tokoh-tokoh Islam dunia sperti Imam al-Ghazali, al-Tabari, dan al-Juwaini.
Dari semua
kebijakan yang beliau lakukan selama ia menjadi wazir Bani Saljuk dan
kepribadiannya yang mulia, Nizam al-Mulk banyak dikunjungi oleh para ulama
serta kalangan muslimin yang menyukai perangai baik dari Nizam al-Mulk.
D.
Hubungan Nizam al-Mulk dengan Malik Syah
Pada masa Bani
Saljuk yang dipimpin oleh Malik Syah dan wazirnya Nizam al-Mulk, banyak melakukan
ekspansi wilayah. Untuk menjaga apa yang diwariska para pendahulunya, Malik
Syah dengan panduan dari Nizam al-Mulk berambisi untuk menguasai seluruh
wilayah Islam. Di samping itu ia berusaha untuk memperkuat armada militer dan
kalau perlu dengan menambah jumlah kekuatan mereka.[4]
Dari semua usaha itu Malik Syah dan wazirnya Nizam al-Mulk mampu menguasai
wilayah-wilayah seperti: Kirman, Syria, Rum, Asia kecil. Ini menunjukkan bahwa
Nizam al-Mulk tidak hanya ahli dalam administrasi saja, tapi juga ahli dalam
memberikan nasehat strategi perang.
Penaklukan
Malik syah berlanjut pada wilayah sekitarnya. Ia memimpin ekspedisi militer
sendiri tanpa bantuan Nizam al-Mulk untuk menaklukkan bekas wilayah kekuasaan
Romawi, Transoksania, Bukhara, dan Samarkand. Dari sini kerja sama antara Nizam
al-Mulk dengan Malik Syah akhirnya membawa kebencian bagi mereka yang tidak
menyukai kedekatan mereka.
Memburuknya
hubungan mereka di akhir persahabatan disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
Nizam al-Mulk sering kali mempekerjakan anaknya, kerabatnya, dan para
pengikutnya di Madrasah Nizamiyah dalam urusan pemerintahan, selain itu beliau
juga memberikan wewenang kepada mereka terlalu besar, sehingga menimbulkan
kemarahan Malik Syah. Kedua, terdapat persaingan antara Nizam al-Mulk dengan
Turkan Khatun, istri Sultan Malik Syah, yang mana Turkan seringkali mencampuri
urusan antara sultan dengan wazirnya. Selain itu , dengan sembunyi-bunyi, ia
menunjukan kebenciannya kepada Nizam al-Mulk dengan menominasikan putranya
Mahmud yang masih anak-anak untuk menjadi putra mahkota, sedangkan Nizam
al-Mulk menominasikan Barqyaruk, outra tertua ke tahta kekuasaan. Ketiga, Nizam
al-Mulk dikelilingi anyak orang yang iri kepada kepribandiannya.[5]
Inilah yang menyebabkan sampai Nizam al-Mulk dibunuh.
E.
Akhir Kepemimpinan Wazir Nizam al-Mulk
Nizam al-Mulk wafat di Sihna pada
tahun 1092, akibat pembunuhan kelompok Hasyasyin.[6]
Diawali oleh seorang pengikut Bathiniyah yang berpenampilan sebagai seorang
sufi mendatanginya. Dia menceritakan sebuah cerita dan Nizham mendengarkannya. Tiba-tiba
orang tersebut menikam Nizam dengan sebilah pisau tepat di jantungnya, kemudian
dia kabur. Seketika itu Nizam al-Mulk wafat dalam keadaan puasa pada bulan
Ramadhan. Mengetahui bahwa wazirnya yang terkenal dengan kebaikannya itu telah
dibunuh, ini membuat orang-orang saat itu merasa kehilangan dan ingin mencari
si pembunuh Nizam itu. Kata terakhir yang terucap dari mulut Nizham adalah,
“Jangan kalian bunuh pembunuhku. Aku telah memaafkannya. Tiada Tuhan selain
Allah.[7]
Dari kaliamat yang terucap dari bibir Nizam Al-Mulk itu tidak mengurungkan niat
orang-orang yang sangat cinta akan beliau, demi kecintaannya itu mereka
menangkap dan membunuh pembunuh Nizham itu pada tahun 485 H di dekat Nuhawand.
Sebelum
Nizam al-Mulk wafat, beliau merilis bukunya yang berjudul Siyaset Name (Siasat
Pemerintahan) tahun 1091. Dalam buku ini termuat tugas pemerintahan dalam
menjaga stabilitas kerajaan serta menjaga keutuhan masyarakat dari pecah belah.
Nizam al-Mulk merupakan pejabat yang
bijaksana dan patut diteladani. Pada masanya peradaban Islam mencapai puncak
kejayaan, penggabungan antara kebudayaan Arab dan Persia berhasil dilakukannya.
Ibnu Aqil berkata, “Sejarah Nizham telah membuka akal pikiran dengan kebaikan,
kemuliaan dan keadilannya.[8]
Dia telah menghidupkan panji-panji agama. Hari-harinya dipenuhi dengan orang
yang suka ilmu. Dia wafat sebagai raja di dunia dan di akhirat.
F.
Penutup
1.
Kesimpulan
Dia adalah seorang menteri
terkemuka, Nizham Al Mulk, Qiwam Ad-Din, Abu Ali Al Hasan bin Ali bin Ishaq
Ath-Thusi. Dia adalah orang yang cerdas, penguasa, pakar, religi, terhormat,
dan pemimpin majlis ulama qira‘ah dan ulama fikih. Sebuah pendapat mengatakan
bahwa dia bersedekah sebanyak seratus dinar setiap hari.
Dia membangun sekolah terkenal di
Baghdad, Naisabur, dan Thus. Dia sangat menjunjung tinggi ilmu. Dia sangat
dekat dengan para siswa, mengimlakkan (mendiktekan) hadits dan mempunyai
reputasi luar biasa. Dan beliau wafat sebagai raja di dunia dan di akhirat.
Semoga Allah merahmatinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan,
Abdillah. Seratus Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam. Surabaya: Jawara.
2004.
Amin,
Husayn. Seratus Tokoh Dalam Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1999.
Syafiq,
Mughni. Sejarah Kebudayaan Islam Di Kawasan Turki. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu. 1997.
Siyar
alam an-nubala. Biografi Nizam al-Mulk. [online]. Tersedia:
http//www.
pustakaazzam.com. 18 Desember 2013.
[1] Abdillah F. Tokoh-Tokoh mashur di Dunia Islam. Surabaya:
Jawara. 191.
[2] Siyar alam an nubula. Biografi Nizam al-Mulk. [online].
Tersedia: http//www.pustakaazam com.
[3] Husayn A. seratus Tokoh Dalam Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 171.
[4] Syafiq A. Sejarah Kebudayaan Islam Di Kawasan Turki. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu. 22.
[5] Ibid., 23.
[6] Abdillah. Tokoh-Tokoh Mashur. Surabaya: Jawara. 192.
[7] Siyar alam an nubula. Biografi Nizam al-Mulk. [online].
Tersedia: http//www.pustakaazam com.
[8] Siyar alam an nubula. Biografi Nizam al-Mulk. [online].
Tersedia: http//www.pustakaazam com.